Selasa, Februari 14, 2012

Madakaripura

Kajian sejarah yang dilakukan dengan seksama, membuktikan bahwa Indonesia yang elok dan permai ini, dulu disebut Nusantara. Ketika pada tahun 1869 seorang penulis Eropa yang bernama James Richard Logan menulis nama Indonesia untuk pertama kalinya dan kemudian diikuti oleh pengarang Eropa lainnya, nama Indonesia menjadi lebih populer ketimbang Nusantara.
The accurate obsevation o the history proves that this beautiful and lovely Indonesia was formerly called Nusantara In 1869 when a Europian writer named James Richard Logan wrote the name Indonesia for the  first time, then followed by other writers, the name Indonesia become more popular than Nusantara.
Keberadaan Nusantara adalah sebuah imperium yang luas, membentang dari Wanin hingga Madagaskar, dalam rengkuh kekuasaan seorang Maha Raja Mojopahit bergelar Prabu Hayam Wuruk. Adalah seorang Perdana Menteri yang dikenal sebagai Maha Patih Gajah Mada, berjuang dengan gigih secara heroic mempersatukan seluruh wilayah Nusantara berada di bawah payung kekuasaan Majapahit. Wajar jika kemudian sosok Gajah Mada lebih dikenal dari Hayam Wuruk maupun Majapahit.
The than existing Nusantara was a large imperium, extending from Wanin to Madagaskar, under the power of Maha Raja Mojopahit by the name of Prabu Hayam Wuruk. There was a Prime Minister which is known as Maha Patih Gajah Mada, who strongly struggled to unify the whole territory of Nusantara under span of control of Majapahit. So is does  make sense that Gajah Mada was considered more famous rather than Hayam Wuruk nor Majapahit.
Madakaripura  adalah suatu tempat kunjungan wisata sakral berupa deretan Air Terjun yang sentralnya mencapai ketinggian sekitar 200 meter dari dasar jeram. Air yang jatuh itu melayang-layang sambil bercanda , berhamburan menari-nari kesana kemari, meluncur turun saling mendahului, kemudian jatuh ke dasar jeram menimbulkan irama yang gemuruh. Kadang disela oleh debam dahsyat yamh gemanya menggetarkan relung sempit berdiameter tak kurang dari 25 meter itu, hingga terdengar menggelegar. Menyusul hempasan angin yang menderu-deru, mengibaskan butiran air yang lembut, menyambut mereka yang datang. Semburan air yang berhamburan itu membiaskan warna warni indah disorot sinar surya bagai Mata Dewa, menciptakan bianglala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar